Suatu malam, seorang kawan menghubungi saya mengajak mengobrol di sebuah warung pinggir jalan. Singkat cerita, kami pun bertemu dan membahas topik tentang batu akik yang saat itu di sedang trend. Sambil menikmati kopi hitam panas, sementara udara dingin musim kemarau menari-nari menggerayangi kulit, pembicaraan itu kemudian sampai pada cerita, alasan mengapa kawan saya hobi mengoleksi batu akik. Kata dia, semua berawal dari saat dia masih anak-anak. Ayahnya adalah seorang pedagang beras yang berjualan di kios sederhana. Sebagai orang Betawi, ayahnya memang memiliki kebiasaan mengenakan cincin batu akik. Pada suatu hari, ada seseorang yang datang ke kios ayahnya dan mengaku tak memiliki uang. Orang tersebut sangat membutuhkan beras dan hanya memiliki sebongkah kecil batu. Dia pun berkata jujur, jika berkenan batu itu ditukar berberapa kilogram beras. Tanpa banyak pikir, ayahnya kemudian memberi beras dan bahkan berusaha menolak pemberian bongkahan batu tadi. Namun orang tersebut...