Film dokumenter berjudul “Before the Flood” akan tayang perdana November 2016. Film ini akan disiarkan secara global dalam 45 bahasa di 171 negara, melalui kanal National Geographic pada 30 Oktober 2016, atau lebih awal dari pemilu AS. Film “Before the Flood” merupakan film yang menceritakan tentang kerusakan hutan, termasuk Ekosistem Leuser di Aceh, yang ikut berperan terhadap perubahan iklim. Di dalam film ditunjukkan, tingkat pembukaan hutan yang sangat tinggi telah memperburuk masalah perubahan iklim. "Film penting ini menarik banyak perhatian yang diperlukan terhadap kehancuran hutan karena kelapa sawit, yang menjadi pendorong terbesar perubahan iklim. Kita harus lebih agresif mengatasi krisis deforestasi di daerah-daerah seperti Ekosistem Leuser Indonesia," kata Direktur Eksekutif Rainforest Action Network Lindsey Allen dalam keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta, seperti dikutip dari kantor berita Antara, Senin (24/10/2016). Allen menerangkan kelapa saw
Bedak ditaburkan di wajah dan pewangi badan tak lupa disemprotkan. Begitulah cara seorang perempuan berusia 30'an mempersiapkan orangutan betina bernama Pony sebelum melayani pria yang akan menyetubuhi satwa itu. Peristiwa ini bukan fiktif namun benar terjadi di bumi ini dan di Indonesia. Lokasinya di Km 18 Kecamatan Kereng Pangi Kabupaten Kantingan pada sekitar 2000-2003 silam. Orangutan betina bernama Pony itu dijadikan budak seks dan dijajakan oleh manusia kepada manusia. Kisah ini kembali diceritakan Redy Tumon, seorang wartawan di Palangka Raya, yang saat itu ikut dalam operasi penyelamatan Pony. "Waktu itu saya masih bekerja di Yayasan BOS Nyaru Menteng," katanya mengawali kisah itu, Rabu (5/4/2017) Kata Redy, bulu-bulu di tubuh Pony habis dicukuri oleh germo yang memeliharanya. Primata itu dirantai pada sebuah tiang di dalam satu kamar dengan satu matras warna hitam tersedia. Disitulah tempat pria-pria yang entah benar-benar "manusia" atau buk
Puluhan tahun ia merasakan hidup bahagia, dengan ditopang kepemilikan ladang dan kebun, serta alam di sekitarnya. Tapi, itu cerita berlaku hanya sampai satu dekade lalu, saat perusahaan besar swasta (PBS) belum masuk ke wilayah mereka. Warga Desa Sei Pinang di Gerbang PT Susantri Permai. ronisahala.com - Helson, usianya sudah 50 tahun. Pria ini bersama keluarganya sudah hidup turun-temurun di Desa Sungai Pinang, Kecamatan Mandau Telawang, Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah. Puluhan tahun ia merasakan hidup bahagia, dengan ditopang kepemilikan ladang dan kebun, serta alam di sekitarnya. Berpuluh tahun, hutan yang diwariskan khusus bagi mereka dan masyarakat sekitar selalu terjaga. Tapi, itu cerita berlaku hanya sampai satu dekade lalu, saat perusahaan besar swasta (PBS) belum masuk ke wilayah mereka. Sejak kehadiran tiga PBS perkebunan kelapa sawit, yaitu PT Susantri Permai, PT Dwi Warna Karya dan PT Kapuas Maju Jaya, Helson dan warga Desa Sungai Pinang merasakan lingkung