Taman Air di Atas Arang Flamboyan Bawah

Oleh: Roni Sahala
WARGA di Gang Achmad Yani V Komplek Flamboyan Bawah Palangka Raya mengaku resah. Diantara mereka beredar kabar, pemukiman kumuh dan padat tempat rumah mereka berdiri saat ini terancam akan dibumihanguskan.

Dua wanita berusia 40 tahunan di hari Sabtu (19/9/2015) siang yang diselimuti kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan. Di teras rumahnya yang terbuat dari kayu tanpa cat, beratap seng dengan kabel listrik menjuntai, sedang berbincang. Sambil mengupas kulit buah pinang sementara yang seorang lagi membersihkan gelas-gelas bekas air mineral mereka bicara berbahasa Dayak Kahayan.

"Hiningmuh auh Indu Juang, tege oloh dumah iye mander mun dia pindah besiap ih huma buah papui (Dengar cerita Ibu Juang, ada orang mendatangi dia bilang kalau tidak pindah ya siap-siap rumah dibakar),” kata yang seorang. “Iye te, mikeh-mikeh aku hining auh jite (Iya itu, saya jadi takut mendengarnya),” jawab yang satunya lagi.

Pembicaraan mereka terus berlanjut walau kadang kata-katanya tak jelas terdengar saat pengendara sepeda motor melintas. Karena bunyi gemertak hasil sentuhan keras kayu ulin yang pakunya mulai longgar ketika digilas roda kuda besi di atas jembatan titian dari kayu ulin yang dibuat tahun 90’an, satu-satunya akses jalan mereka.

Namun dari raut wajah mereka jelas terlihat ketakutan yang amat sangat. “Di rumah itu, dua anak saya lahir, tumbuh dan menjadi dewasa. Di rumah itu juga setengah dari umur saya dilewati dengan segala tawa dan bahagia,” kata salah seorang wanita, Mama Vera, menunjuk rumah lebar 6 meter dan panjang 10 meter, berbentuk panggung dengan cat biru lagit pudar.

Selain tak tahu akan tinggal dimana lagi, ketakutannya yang utama ialah kehilangan kenangan yang tersimpan di barisan papan tua, balok-balok hitam yang sebagian sudah dimakan rayap. Sementara itu tak jelas apakah pemerintah memperhatikan mereka jika tiba saatnya ketakutan itu menjadi nyata.

Beberapa hari sebelumnya tepatnya Selasa (11/8/2015), 117 jiwa di Gang Tirta tepatnya di RT 03 Rw 17, dan RT 02 RW 8 Kelurahan Langkai, Kecamatan Pahandut kehilangan tempat mereka bernaung. 32 rumah di lokasi itu dilalap si jago merah pada sekitar pukul 00.30 WIB.

Apa yang ditakutkan dua wanita itu tak lama menjadi nyata. Rabu (14/10/2015) sekitar pukul 02.00 WIB dini hari, dari sebuah barak kayu kosong di Gang Kahanjak, api mulai membakar. Lokasi api hanya sekitar 50 sampai 70 meter saja dari rumah Indu Juang dan sekitar 100 meter dari rumah Indu Vera.

Sementara itu, semua rumah di lokasi itu terbuat dari kayu dan jaraknya berdekatan hingga keganasan api amat sulit dikendalikan. Beruntung, usaha keras pemadam berhasil menghalau api dan menyisakan jarak satu rumah dari kediaman Indu Juang. Meski begitu, kata Ketua RT 07, Saubari, ada 12 rumah yang terbakar dan 11 kepala keluarga (KK) atau 36 jiwa harus kehilangan tempat tinggal.

Peristiwa tersebut terjadi di dua rukun tetangga (RT), yakni 07 dan 04, RW VIII, Kelurahan Langkai, Kecamatan Pahandut. Tepatnya di Flamboyan Bawah, Jalan Kahanjak.

Dilain sisi, pemerintah Kota Palangka Raya dibawah kepemimpinan HM Riban Satia dan Mofit Saptono mewacanakan membangun Water Front City. Wacana ini sendiri mendapat tanggapan yang bagus dari wakil rakyat di dewan.

Namun dalam wacana tersebut tidak jelas masih, ribuan warga yang bermukim di wilayah yang membentang dari Jembatan Ikonik Palangka Raya yakni Jembatan Kahayan sampai Pelabuhan Rambang akan dikemanakan.***


Popular posts from this blog

Film "Before the Flood" Segera Tayang

Orangutan Jadi Budak Seks untuk Manusia

Cerita yang Hilang di Bawah Hamparan Kebun Sawit