Kaleidoskop Percintaan-Aslan Abidin

"kita mesti menuntaskan mimpi, kota ini terus beranjak tua."

pada sebuah kafe tanpa menu, di antara meja beku, aku
menatap bening matamu. tak kau tahu cinta gemetar dalam dekapanku.
di arloji, waktu terus berlompatan, dan tahu-tahu telah kucuri bibirmu.
"untuk mengekalkan kenangan," ucapku
membujuk degup jantungmu.

entah mengapa sejak itu aku selalu ingin
memelukmu. aku ingat itu pernah kulakukan di sebuah taman,
di antara daun yang jatuh menerpa pundakmu. tapi aku lupa kapan
pertama kali memelukmu. mungkin
ketika aku jenuh menyeduh bergelas-gelas rindu
dan meminumnya dengan hati terluka.

di batinku
ingin kuciptakan senja yang tak terhapus dari ingatan. di situ
kubangun arcamu. dan matamu, -yang tak kedip menatapku-
kurekatkan dengan air mata yang dulu kuseka di pipimu
seusai kuceritakan kerinduan adam pada hawa.

menggenanglah dalam dadaku kekasih. jadilah magma
yang mengeras yang kelak akan kita
pahat jadi kanak-kanak yang pandai menggambar wajah tulus
kewanitaanmu dan paham mengukir raut kasar
kelelakianku.

mengendaplah dalam hatiku. biar kuasah pisau buat sebuah perahu
untuk menjemputmu: kutahu di hatimu ada laut yang mencintai seluruh musim.

Makassar 1996

Popular posts from this blog

Film "Before the Flood" Segera Tayang

Orangutan Jadi Budak Seks untuk Manusia

Cerita yang Hilang di Bawah Hamparan Kebun Sawit