Kampus di Kampungku

Ruh dunia pendidikan di kampungku yang berada di jantung negeri ini seperti telah keluar dari tubuhnya. Siswa-siswa ke sekolah, ke kampus, hanya untuk berburu selembar kertas benama Ijazah.

Bertahun mereka dicekoki teori, rumus, ide dan kerangka pikiran, semuanya seperti tiada arti dibanding nilai dari guru atau dosen. Ya, begitu sangat sakralnya nilai itu dibanding keilmuan, sampai-sampai banyak yang lupa mereka belajar untuk bisa, untuk tahu yang sebelumnya tidak diketahui, untuk mengerti yang sebelumnya tak dimengerti.

Bahkan yang lebih aku tak mengerti, ada sebuah kampus disini yang antikritik. Kampus itu begitu sucinya sampai pengkritik dijadikan musuh, dikatakan sesat. Tapi yang lebih aku tak mengerti banyak sapi-sapi yang menyatakan diri dengan bangga mahasiswa. Mereka merasa begitu terhormat tapi lupa posisi mahasiswa.

Kembali aku mengingat tayangan TV pada sekitaran Mei 1998. Saat itu, mahasiswa yang benar-benar mahasiswa turum ke jalan. Mereka berjuang dengan darah, untuk suatu perubahan. Mereka tak diam atas penindasan, pembungkaman.

Namun sekarang, banyak yang lebih bangga diam, mengikuti apa kata dosen meski sebenarnya mereka dibungkam, diperah. Bahkan mereka seperti anjing penjaga, menyerang ketika tuannya diganggu.Ada apa dengan mahasiswa? Sampai saat ini aku masih bergulat dengan pemikiranku sendiri.

Di satu sisi aku melihat bahwa mahasiswa-mahasiswa dikampungku adalah agen perubahan. Di sisi lain aku melihat mereka sebagai lambang budak. Individu-individu yang memilih ditindas, diperah dan dibungkam demi sesuatu disebut nilai-demi lancarnya terbit ijazah.

Lalu, seperti pertanyaan seorang pujangga dalam catatanya di sebuah media-Dimana lagi kutemukan kebebasan akademik, kebebasan berfikir ketika kampus seperti pabrik pencetak orang berijazah?

Inilah kampungku, kampung senja yang kaya, dalam perjalanan menuju malam yang kelam.

Palangka Raya 2016

Popular posts from this blog

Film "Before the Flood" Segera Tayang

Orangutan Jadi Budak Seks untuk Manusia

Cerita yang Hilang di Bawah Hamparan Kebun Sawit