Populasi Orangutan Merosot Tajam dan Terancam Punah

Populasi Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus) merosot tajam. Setiap tahun jumlahnya menurun sekitar 20 persen. Saat ini, spesies dengan kemiripan genetis hingga 94 persen dengan manusia itu terancam punah.

Satu bangkai Orangutan Kalimantan dengan bekas luka akibat benda tajam ditemukan mengambang di Sungai Mangkutup Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah, saat tim Borneo Orangutan Survival (BOS) Nyaru Menteng melakukan misi translokasi orangutan dari habitat yang rusak oleh pembalakan liar pada 2015 lalu.  
Pada tahun 2004, ilmuan memperkirakan total populasi orangutan di Pulau Kalimantan, mencapai sekitar 54 ribu. Namun pada 2007, International Union for Conservation Nature (IUCN) memasukannya ke dalam daftar merah spesies yang terancam punah (endangered).

“Saat ini statusnya di alam liar terancam punah. Turun satu level lagi maka akan punah,” kata CEO Borneo Orangutan Survival Fondation (BOSF), Jamartin Sihite di Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Senin (5/12/2016).

Kata dia, upaya yang bisa mereka lakukan untuk menjaga Orangutan Kalimantan dari kepunahan yakni dengan melakukan pelepasliaran. Dibarengi dengan upaya untuk menjaga lokasi pelepasliaran, agar tidak dijamah kepentingan yang dapat merusak.

Menurut Jamartin, aspek yang menyebabkan populasi orangutanmenurun tajam sangat kompleks dan dibutuhkan kerjasama banyak pihak untuk menanggulanginya. Tapi peranan paling besar ada di di tangan pemerintah karena aspek kewenangan.

Lanjutnya, orangutan kebanyakan hidup di luar kawasan yang dilindungi termasuk di dalamnya wilayah industri kayu, yang praktiknya belum berkelanjutan, konsesi tambang dan perkebunan menyebabkan habitat mereka menjadi terfragmentasi.

Kebakaran hutan dalam beberapa tahun terakhir juga berkontribusi terhadap menurunnya tutupan hutan. Akibat dari hal ini yaitu makin besarnya ancaman perburuan karena meningkatnya konflik orangutan dengan penduduk.

"Guna terus menjaga stabilitas populasi dan berlanjutnya keberadaan Orangutan Borneo, perlu diperkuat upaya dalam memperluas kawasan yang dilindungi dan menjamin pengelolaan yang lestari bagi habitat mereka," tutur dia.

Berdasarkan penelitian, orangutan memiliki peran penting dalam menjaga kesehatan ekosistem hutan. Spesies ini bertindak sebagai penyebar benih tetapi juga dengan membuat sarang di pepohonan, dan orangutan membuka celah agar sinar matahari dapat masuk melewati hutan tropis yang lebat.

Kepala Seksi Konservasi Wilayah 1, Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalteng, Nandang Hermawan sependapat dengan Jamartin. Dimana menurut dia, upaya menyelamatkan populasi orangutan begitu kompleks dalam penerapannya.

Namun mengacu pada rencana aksi dan strategi konservasi orangutan di Indonesia, tahun 2017, orangutan yang berada di pusat reintroduksi harus dilepasliarkan ke alam. Langkah itu guna menjaga populasinya di alam liar.

“Dalam upaya konservasi masalah yang dihadapi cukup komplek karena menyangkut banyak pihak. Namun mengacu pada rencana aksi dan strategi konservasi, pada 2017 semua orangutan di pusat reintroduksi harus sudah dilepasliarkan ke alam,” tukas Nandang.

Penulis : Roni Sahala

Popular posts from this blog

Film "Before the Flood" Segera Tayang

Orangutan Jadi Budak Seks untuk Manusia

Cerita yang Hilang di Bawah Hamparan Kebun Sawit